Rabu, 01 Juli 2009

6. Zaman Penjajahan

A. Kedatangan dan Penjajahan Bangsa Portugis

1. Malaka
Pada tahun 1509, di bawah pimpinan Alfonso de Alburquerque, Portugis datang ke Malaka. Pada saat itu Malaka adalah pusat perdagangan rempah–rempah di Asia Tenggara dan banyak dikunjungi kapal–kapal dari berbagai penjuru. Portugis yang semula hanya ingin membeli rempah–rempah, kemudian bermaksud untuk merebut Bandar Malaka.
Pada tahun 1912, Alfonso berhasil menaklukkan Malaka dan membuat benteng pertahanan, yaitu A-Famosa. Dari Malaka, Portugis melebarkan sayapnya sampai ke Indonesia. Tujuan utama mereka adalah mencari daerah penghasil rempah–rempah, yaitu Maluku.

2. Maluku
Setahun setelah menguasai Malaka, pada tahun 1512, Portugis melanjutkan pelayarannya ke pulau penghasil rempah–rempah, yaitu Maluku. Di bawah pimpinan De Abreu, kedatangan Portugis di Maluku disambut baik oleh Raja Ternate. Mereka bahkan diizinkan untuk mendirikan benteng Dao Paolo di Ternate. Dengan harapan benteng tersebut dapat melindungi kerajaan Ternate, yang sedang mengadakan peperangan dengan Tidore.

Kesempatan ini digunakan Portugis untuk mengadakan perdagangan sistem monopoli rempah–rempah. Sejak sistem monopoli diterapkan, petani cengkeh di Maluku harus menjual hasil panennya kepada Portugis. Mereka menjadi semakin tertekan. Akibatnya timbullah permusuhan rakyat Maluku terhadap Portugis. Permusuhan ini semakin memuncak ketika Sultan Harun terbunuh oleh Portugis.
Di bawah pimpinan Sultan Baabullah, pada tahun 1575, rakyat Maluku berhasil mengusir Portugis dari Maluku.

3. Banten
Setelah Malaka jatuh ke tangan Portugis, para pedagang asing tidak mau lagi berdagang dengan Malaka. Mereka kemudian pindah ke Banten. Hal ini karena Banten mempunyai letak yang strategis.
Portugis yang bermaksud untuk menguasai Banten behasil diusir oleh tentara Demak. Di bawah pimpinan Fatahillah, Portugis terusir dari Sunda Kelapa.

B. Kedatangan Bangsa Belanda di Indonesia

Pada tahun 1596, di bawah pimpinan Cornelis de Houtman, Belanda mendarat di Banten. Pada waktu itu Banten merupakan pelabuhan terbesar di Jawa Barat dan telah menjadi pusat perdagangan rempah–rempah. Inilah yang mendorong negara tersebut untuk melakukan perjanjian dagang dengan Banten.

Kedatangan Belanda disambut oleh para penguasa Banten. Dengan harapan, mereka dapat mendatangkan keuntungan bagi perkembangan ekonomi di Banten. Namun, karena Belanda ingin menerapkan sistem monopoli, rakyat Banten mengusir mereka keluar dari Banten.

Pada tahun 1598, untuk kedua kalinya Belanda mendarat di Banten di bawah pimpinan Van Neck. Kemudian pada tahun 1602 Belanda mendirikan Persatuan Dagang Belanda yang disebut VOC ( Verenigde Oast-Indische Compagnie ). Agar tujuan untuk melakukan monopoli tercapai, Belanda memindahkan pangkalan dari Ternate ke Jayakarta. Pada tahun 1619, pangkalan tersebut dikuasai Belanda dan diganti namanya Batavia.
Pada awal abad 18, VOC mengalami kemunduran dan tak mampu membayar utangnya yang telah mencapai 136,7 juta gulden. Kemudian pada tanggal 31 Desember 1799, VOC dibubarkan oleh pemerintah Belanda.

C. Penjajahan Inggris di Nusantara
Akibat kekelahan Belanda atas Inggris di Eropa, pada tanggal 31 Desember 1799, VOC dibubarkan. Untuk mempertahankan penjajahan di Indonesia, diangkatlah Daendels sebagai Gubrenur di Batavia. Pada tahun 1811 Belanda menyerahkan kekuasaannya kepada Inggris. Kemudian Inggris mengangkat Raffles sebagai gubernur.

D. Kembalinya Kekuasaan Belanda di Indonesia
Pada tahun 1816 Inggris menyerahkan Indonesia pada Belanda. Kedatangan Belanda di Indonesia ini tidak mendapat simpati di mana– mana sehingga timbul perlawanan dari rakyat Indonesia. Dalam menumpas perlawanan ini, Belanda kemudian menjalankan politik devide et impera.

E. Tanam Paksa
Pada tahun 1830, pemerintah Belanda mengirim Van de Bosch ke Indonesia untuk melaksanakan tanam paksa.

Isi tanam paksa antara lain :
1. Petani wajib menyediakan seperlima dari tanahnya untuk ditanami tanaman yang laku di pasaran.
2. Tanaman yang ditanami tanaman wajib, bebas dari pajak.
3. Hasil tanaman wajib diserahkan pada pemerintah Belanda.

Akibat tanam paksa, rakyat Indonesia menjadi sengsara dan melarat.
Orang Belanda yang menentang tanam paksa adalah Douwes Dekker ( Multatuli ) dalam bukunya yang berjudul Max Havelar.

F. Perlawanan Rakyat Indonesia terhadap Penjajah

1. Perlawanan Rakyat Aceh
Kedatangan Portugis di tanah Aceh mendapat perlawanan rakyat. Pada akhir abad ke-1, permusuhan mereda.

Penyebabnya adalah :
a. Portugis mengalami krisis SDM dan keuangan.
b. Johor melepakan diri dari Aceh.
c. Portugis dikalahkan Belanda.

2. Perlawanan Rakyat Maluku
Perlawanan rakyat Maluku dilakukan oleh Kerajaan Ternate. Portugis meminta berunding dan permintaan itu diterima oleh Sulan Harun. Karena penghianatan Portugis, pada tahun 1570, Sultan Harun tewas lalu Kerajaan Ternate diteruskan oleh putranya, yaitu Pangeran Baabullah. Pada tahun 1575 Portugis meninggalkan Maluku menuju Pulau Timur.

3. Perlawanan Rakyat Banten
Pada tahun 1684 Sultan Haji menandatangani surat perjanjian dengan Belanda. Isinya adalah Banten mengakui keberadaan Kompeni di kota tersebut. Akan tetapi, rakyat Banten melakukan perlawanan.

4. Perlawanan Rakyat Mataram
Pada tahun 1628 Sultan Agung Haryokusumah melakukan penyerangan terhadap benteng Belanda di Baravia. Namun, penyerangan itu berhasil digagalkan oleh Belanda.
Pada tahun 1629 Sultan Agung kembali mengadakan penyerangan dan ia beserta pasukannya berhasil menghancurkan benteng Belanda.

5. Perlawanan Rakyat Makasar
Perlawanan ini dipimpin oleh Sultan Hasanuddin. Pada tahun 1667, karena terpaksa dan terdesak, Sultan Hasanuddin menandatangani Perjanjian Bongaya.

6. Perlawanan Rakyat Banjar
Perlawanan ini dimpimpin oleh Pangeran Amie. Pada tahun 1786 Pengeran Amir ditangkap dan asingkan ke Srilangka.

7. Perlawanan Rakyat Ternate dan Tidore
Perlawanan ini dipimpin oleh Hitu Kakiali pada tahun 1592. Hutu Kakuali gugur, kemudian digantikan oleh Talukhabisi.
Pada tahun 1649 VOC melakukan pelayaran Hongi, yakni pelayaran armada perahu berukuran kecil yang digunakan untuk membinasakan tanaman lada dan cengkih. Hal ini dilakukan untuk menjaga kestabilan kedua komoditi tersebut.
Pada tahun 1650 rakyat mengadakan perlawanan di bawah pimpinan Saidi. Akan tetapi, pada tahun 1656, Saidi tertangkap dan dijatuhi hukuman mati.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar