A. PATIMURA
Setelah perjanjian antara Inggris dan Belanda ditandatangani pada tahun 1814 di Wina, wilayah Indnesia kembali berada di bawah kekuasaan Belanda. Pada tahun 1816, Inggris menyerahkan Maluku kepada Belanda. Perlakuan Belanda yang sewenang–wenang sangat menyiksa rakyat Maluku.
Pada tahun 1817 Patimura alias Thomas Matulesi memimpin rakyat Maluku untuk mengadakan perlawanan terhadap Belanda. Patimura berhasil merebut benteng yang merupakan lambang kekuasaan Colonial Belanda. Di bawah pimpinan Mayor Betjees, Belanda mendatangkan pasukan dari Ambon untuk merebut benteng tersebut. Akibatnya, terjadi pertempuran yang sangat hebat. Mayor Betjees dan beberapa perwira Belanda tewas.
Akibat kekalahan itu Belanda menyerang Maluku dari segala arah. Pembantu Patimura yang bernama Martha Christina Tiahahu meninggal dalam tahanan Belanda. Adapun Patimura dihukum gantung pada tanggal 16 Desember 1817 di depan benteng Victoria di Ambon.
B. TUANKU IMAM BONJOL
Perselisihan antara kaum agama ( Padri ) dengan kaum adat dimanfaatkan Belanda. Belanda menjalankan politik adu domba. Terjadilah peperangan kaum Padri dengan kaum Adat yang dibantu oleh Belanda. Akan tetapi, baik kaum adat maupun kaum agama, lambat laun menyadari bahwa mereka telah dimanfaatkan oleh Belanda. Akhirnya terjadilah perlawanan terhadap Belanda yang dimpin oleh tuankun Imam Bonjol.
Imam Bonjol ditangkap pada tahun 1837 karena kelicikan Belanda.
C. PANGERAN DIPONEGORO
Perlawanan terhadap Belanda di Jawa Tengah dipimpin oleh Pangeran Diponegeoro. Penyebabnya adalah tindakan Belanda yang sewenang– wenang dalam berbagai bidang sehingga rakyat semakin menderita. Timbul pemberontakan di mana–mana.
Kemarahan rakyat semakin menjadi ketika mereka mengetahui niat Belanda untuk membuat jalan kereta apai antara kota Yogyakarta dan Magelang yang melintasi pemakaman leluhur Pangeran Diponegoro di Tegalrejo. Mereka mencabuti patok–patok yang telah ditancap oleh Belanda dan menggantinya dengan tombak. A. H. Smissaert, seorang presiden Belanda, mengetahui hal itu dan menganggapnya sebagai tindakan pembangkangan.
Pada tanggal 25 Juni 1825, pecahlah perang Diponegoro Pangeran Diponegoro banyak dibantu oleh rakyat Jawa Tengah, termasuk para bangsawannya, seperti Pangeran Joyokusumo, Pangeran Suryamataram, Ario Prangwodani, dan Pangeran Mangkubumi. Para ulama seperti Kyai Maja dan Kyai Hasan Basri pun turut membantunya sehingga perang ini disebut Perang Sabil.
Pangeran Diponegoro menetapkan taktik gerilya, yaitu menyerbu secara tiba – tiba kemudian menghilang. Hal ini sangat menyulitkan Belanda.
Pada tahun 1827 Belanda menugasi Jenderal Marcus de Kock untuk menumpas pasukan Diponegoro. Akibat kelicikan Belanda, Pangeran Diponegoro ditangkap pada saat perundingan pada tahun 1830.
D. PANGERAN ANTASARI
Adanya perebutan kekuasaan antara Pangeran Amir dan Pangeran Nata dijadikan Belanda sebagai kesempatan untuk menanamkan politiknya. Pangeran Nata menyetujui perjanjian dengan Belanda karena negara tersebut berjanji menolongnya untuk menduduki tahta Kerajaan Banjar.
Perjanjian itu menyebutkan bahwa Kerajaan Banjar adalah milik VOC. Dengan demikian, VOC mempunyai hak untuk ikut campr dalam pengang katan Sultan Banjar. Pengeran Nata berhasil merebut tahta, sedangkan Pangeran Amir dibuang ke Sailan pada tahun 1786.
Pada masa pemerintahan Sultan Adam, Belanda pun ikut menentukan pengangkatan Sultan Banjar. Tanpa menghiraukan wasiat Sultan Adam yang menunjuk Pangeran Hidayat untuk menggantikannya, Belanda justru mengangkat Pangeran Tamjidilah sebagai Sultan Banjar. Akibatnya rakyat menjadi marah. Terjadi pemberontakan dimana–mana.
Kemudian pada tanggal 28 April 1859, Pangeran Antasari berhasil memimpin rakyat untuk menduduki Martapura. Benteng pertahanan di Tabanio dan Gunung Luwak berhasil diduduki oleh Antasari.
Namun Belanda berhasil merebut kembali kedua benteng itu. Pangeran Antasari terus menerus memimpin pasukannya untuk menyerang Belanda. Ketika Pangeran Hidayat tertangkap Belanda, Pangeran Antasari segera meninggalkan Banjar dan membuat benteng pertahanan di Dusun Hulu.
Belanda berusaha menjebak dengan mengajak Pangeran Antasari untuk mengadakan perjanjian. Akan tetapi, Pangeran Antasari menolaknya. Pangeran Antasari kemudian wafat karena terserang penyakit cacar.
E. RAJA BULELENG
Raja Buleleng mempunyai nama asli I Gusti Ketut Jelantik. Ia sangat menentang pemerintahan Belanda.
Pada tahun 1846 Belanda memerintahkan Raja Buleleng untuk segera mengakui kekuasaan Belanda. Raja Buleleng mengadakan perlawanan dengan membuat benteng Jagabaya. Pada tahun 1849 Belanda berhasil menguasai Bali.
F. SISINGAMANGARAJA XII
Sisingamangaraja XII mengadakan perlawanan terhadap Belanda dari daerah Tapanuli. Perlawanannya sangat gigih sehingga berhasil mematahkan serangan Belanda. Pada tahun 1907 Belanda, di bawah pimpinan Kapten Christoffel, menyerbu pertahanan Sisingamangaraja sehingga ia pun gugur di medan laga.
G. TEUKU UMAR
Setelah Teuku Ibrahim gugur dalam pertempuran melawan Belanda, muncullah Teuku Umar dan istrinya Cut Nyak Din dibantu Teuku Cik Ditiro dan Panglima Polim. Mereka adalah para pejuang rakyat Aceh yang sangat gigih. Pemimpin Belanda yang bernama Kohler tewas dalam pertempuran yang dipimpin oleh Teuku Umar, Belanda kemudian mengirim Dr. Shock Hugronje untuk mempelajari kebiasaan rakyat Aceh dengan menyamar sebagai seorang ahli Islam. Setelah menguasai kebiasaan rakyat Aceh, Belanda dapat mematahkan Aceh. Pada tahun 1899 Teuku Umar gugur dalam sebuah pertempuran.
Rabu, 01 Juli 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar